Putri itulah namanya, nama yang indah seindah parasnya, sesempurna hidupnya dan senilai prestasinya, tak ada secercah kesedihan dalam hidupnya. Itulah pandanganku akan hidupnya, sebelum tragedi itu terjadi.
Putri Miania itulah nama lengkapnya, tetapi aku biasa memanggilnya Mian, seorang gadis cantik yang periang dan humoris dia dapat dengan mudah menciptakan suasana nyaman hanya dalam sekejap, maka tidak heran jika banyak lelaki yang suka padanya. Dia bagaikan laut emas yang menjadi dambaan setiap orang untuk memilikinya. Dia adalah teman kecilku sampai saat ini, bahkan dia adalah saingan terberatku dalam hal prestasi sejak kecil sampai saat ini, walaupun aku selalu berada dibawahnya jika dilihat dari berbagai sisi manapun, baik itu prestasi, fisik, wajah dan lain sebagainya. Hal itulah yang selalu membuatku merasa hidupnya itu sempurna dan sangat beruntung, sehingga aku sangat sering mengeluh pada Tuhan.
" Tuhan, kenapa sih hidupnya mian kok enak, dimanjain, gak pernah dimarahin, dapat beli apa aja yang dia mau, sedangkan aku, aku sering dimarahin, gak bisa beli semua yang aku mau, kenapa sih Tuhan?" keluhku pada Tuhan yang hampir setiap hari aku keluhkan.
Dengan sikapku yang sering mengeluh aku memang bisa dikatakan sebagai orang yang tidak tahu bersyukur dengan apa yang aku miliki saat itu. Hari terus berlalu menjadi bulan, bulan berubah menjadi tahun, waktu mengalir begitu saja tanpa ada jawaban dari Tuhan, aku berilusi mungkin disana tidak ada signal jadi Tuhan belum juga menjawab keluhanku itu, memang aneh rasanya jika berilusi seperti itu, tetapi benar telepon itu datang disaat yang tepat beriringan dengan adanya signal signal dari Tuhan. Akhirnya Tuhan menelponku untuk menjawab semua keluhanku selama ini.
Hari itu terasa tidak berbeda dari hari-hari sebelumnya, dihari itu aku masih bisa merasakan hiruk pikuknya perkotaan dan dihari itu, aku juga masih menjadi bayang-bayang Mian dalam hal prestasi, demikian juga dengan Mian dia masih periang dan humoris. Tapi tidak tahu mengapa dihari itu tiba tiba mataku terarah kesalah satu foto yang menunjukkan kebersamaan kecilku bersama Mian, walaupun nampak biasa tetapi kali ini berbeda dalam bingkaian histori itu tampak wajah mian yang dingin dan datar dengan pandangan tajam yang sangat berbeda dari foto foto yang lain, sepintas aku berpikir itu adalah suatu pertanda atau mungkin sekedar fatamorgana semata, entahlah foto itu bagaikan labirin yang sulit untuk dilalui.
Tiba tiba saat jam istirahat Mian pulang dengan tergesa gesa padahal belum waktunya untuk pulang, entah apa yang sedang terjadi padanya, tetapi dilihat dari ekspresinya ia bagai orang tersambar petir, wajahnya pucat bagaikan mayat. Dengan ekspresinya saat itu aku menjadi semakin bingung apa ini benar benar pertanda atau mungkin masih dalam fatamorgana semata. Akhirnya, saat pelajaran IPA, ada sesuatu mengejutkan yang kudengar yang menjadi jawaban mengapa Mian pulang lebih awal, ternyata ayahnya Mian telah berpulang ke rumah Tuhan. Hal itu sungguh mengejutkanku sampai sampai aku tersentak dari lamunanku,hal itu bagikan kilat yang menyambar ditengah malam, kejadian yang tidak pernah diduga sebelumnya kerena terakhir kali aku melihat ayahnya Mian kondisi ayahnya masih sehat. Mendengar hal itu seluruh anak ROHKRIS langsung merencanakan untuk menghibur mian setelah pulang sekolah.
Tiba tiba saat jam istirahat Mian pulang dengan tergesa gesa padahal belum waktunya untuk pulang, entah apa yang sedang terjadi padanya, tetapi dilihat dari ekspresinya ia bagai orang tersambar petir, wajahnya pucat bagaikan mayat. Dengan ekspresinya saat itu aku menjadi semakin bingung apa ini benar benar pertanda atau mungkin masih dalam fatamorgana semata. Akhirnya, saat pelajaran IPA, ada sesuatu mengejutkan yang kudengar yang menjadi jawaban mengapa Mian pulang lebih awal, ternyata ayahnya Mian telah berpulang ke rumah Tuhan. Hal itu sungguh mengejutkanku sampai sampai aku tersentak dari lamunanku,hal itu bagikan kilat yang menyambar ditengah malam, kejadian yang tidak pernah diduga sebelumnya kerena terakhir kali aku melihat ayahnya Mian kondisi ayahnya masih sehat. Mendengar hal itu seluruh anak ROHKRIS langsung merencanakan untuk menghibur mian setelah pulang sekolah.
" TET TET TET TET TET" Bel pulang sekolah berbunyi.
Aku dan teman teman ROHKRIS pun bergegas pergi ke rumah sakit. Dalam perjalanan aku hanya diam entah apa yang kupikirkan, ketika sampai di depan rumah sakit aku sempat berdiri kaku, disaat itulah pikiranku melayang memikirkan ayahku yang umurnya sudah renta, karena selama ini aku ini sering membantahnya, tidak kuat rasanya jika suatu saat nanti aku juga akan kehilangan ayahku seperti Mian yang kehilangan ayahnya.
"RES RES ayo kita masuk" sentak Grace seketika (sambil memukul bahuku)
" i..ya iya" jawabku sedikit gugup
Tanpa membuang waktu lagi, kita segera menghampiri Mian yang sedang menangis disalah satu kursi rumah sakit.
" teman teman aku udah gak punya bapak lagi" kata Mian tersedu sedu
Aku hanya diam setelah mendengar hal itu dan mendekati Mian.
" aku udah gak punya bapak lagi res" kata Mian sedih
"Mian aku juga udah gak punya bapak lagi, bapak aku juga udah meninggal, tapi aku berusaha untuk bersukacita bahkan saat bapak aku meninggal kamu liat sendirikan aku senyum walaupun sebenarnya aku sedih" kata Grace mencoba menenangkan Mian.
" tapi aku sedih Grace aku gak akan ketemu sama bapak aku lagi" kata mian (menangis)
" kamu kira aku bisa ketemu lagi sama bapak aku, gak bisa Mian, tapi aku percaya itu semua adalah rencana Tuhan untuk aku. Begitu juga sama kamu Mian Tuhan punya rencana untuk kamu. Ingat selalu ada pelangi sehabis hujan, dibalik semua duka yang kita alami tetap ada harta yang tak ternilai yang menanti kita dibalik awan hitam itu. Mian, tegar itu sulit tapi itu perlu agar kita tidak larut dalam kesedihan" kata Grace meyakinkan Mian untuk ikhlas akan apa yang terjadi.
Saat itu aku tidak bisa memberi kata kata apapun pada Mian, karena aku merasa jika aku ada diposisinya itu aku mungkin akan larut dalam kesedihan.
Setelah sekian lama kita mencoba menghibur Mian akhirnya ia mulai memahami maksud perkataan Grace, setelah itu kita pulang sekitar jam 4 sore.
Selama perjalanan pulang akhirnya aku mendapatkan sinyal telepon dari Tuhan yang hanya dapat kupahami seorang diri, aku merasa Tuhan menelponku dan berkata JADILAH DIRIMU DAN SYUKURI ITU, saat itulah aku mengerti setiap orang mempunyai jalan kehidupan masing masing, mulai saat itu juga aku bangga dengan hidupku dan aku tidak mau menjadi seperti Mian, karena kalau aku menjadi Mian aku harus kehilangan ayahku begitu cepat dan aku tidak mau hal itu terjadi padaku, dari tragedi itulah aku mulai mencoba memahami setiap kejadian dalam hidupku dan yakin bahwa selalu ada pelangi sehabis hujan, selalu ada harta tak ternilai dibalik awan hitam. Dengan kejadian itu juga aku menyadari bahwa perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing yang kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.
Oleh RESHA X MIPA 2
Oleh RESHA X MIPA 2
Unsur intrinsik
Tema : Belajar mensyukuri hidup dengan apa yang ada.
Tokoh dan perwatakan:
Aku (Resha): mudah iri, suka membandingkan dirinya dengan orang lain, dan sulit mensyukuri sesuatu
Putri Miania: humoris, periang, mudah iri,
(Mian) suka menyimpulkan sesuatu
secara sepihak
Grace : tegar, bijaksana, tegas, baik,
peduli
Alur :maju
- Pengenalan: paragraf 1 dan paragraf 2
- Konplikasi :Resha sering mengeluh karena merasa hidupnya tidak seenak hidup mian (paragraf 3 dan 4)
- Klimaks : ketika ayahnya mian meninggal
- Permasalahan mereda: ketika Grace meyakinkan Mian untuk ikhlas
- Penyelesaian : Mian ikhlas akan kepergian ayahnya dan Resha mulai mensyukuri hidupnya serta resha mengambil hikmah kehidupan dari kejadian itu
Latar:
- Tempat : di sekolah, rumah sakit
- Suasana:menegangkan, menyedihkan, mengharukan
- Waktu: sore hari, siang hari, dan jam istirahat
Sudut pandang:
- Sudut pandang orang pertama pelaku utama "aku"
- Sudut pandang orang ketiga "Dia"
- Nilai agama:
- Syukuri hidup ini dan jalani itu
- Jadilah dan banggalah pada dirimu, dan pada keluargamu serta pada keadaanmu
- Ikhlas akan segala sesuatu yang terjadi
- Nilai sosial
- Peduli dengan sesama
- Menghibur dan membantu sesama yang sedang mengalami kesulitan atau musibah
- Nilai budaya
- Orang Indonesia akan saling bahu membahu dalam membantu sesama yang mengalami musibah
- Nilai adat
- Upacara kematian di Indonesia kebanyakan masih memakai upacara adat
Gaya bahasa: bahasa sehari hari
- Majas:
- Majas alegori
- Majas simile "bagai"
- Amanat:
- Syukuri hidupmu dan jadilah dirimu apa adanya
- Turuti perkataan orangtua dan jangan membantahnya
- Perhatikanlah orangtuamu selagi mereka masih ada untuk bisa kamu perhatikan
- Berdoalah dan minta petunjuk atau penyelesaian dari tuhan
- Jangan sia-siakan orangtuamu